TTS-MYINDIKATOR, Marselinus Benu(46) warga Rt.22/Rw.10 Desa Pollo Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten Timor tengah selatan Provinsi Nusa tenggara timur, Sabtu(30/10/021) sekitar pukul 14.30 Wita di duga telah mengalami tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh Pendeta Maksi Koebanu.
“Pada hari Sabtu (30/10/2021)
kami jemaat GPDI Nasareth Hausufat mendapatkan bantuan dari Jakarta, sehingga
karena mendapat bantuan sebagai jemaat maka kami diharuskan untuk mengikuti
kegiatan kerja bakti digereja. Saat kerja bakti berjalan, atas perintah Gembala
Bapak Hermanus Koebanu maka satu pohon kedondong ditebang tanpa sepengetahuan
Pendeta Maksi sehingga kuat dugaan faktor tersebutlah yang menjadi alasan sampai
saya dipukul dua kali di kepala dan saya di tendang satu kali di bagian
pinggang kanan tepat pada kaki saja yang cacat” Jelas Marselinus
Masih Menurut Marselinus, “Setelah saya dipukul, saat itu juga saya langsung melaporkan kejadian yang saya alami ke Mapolsek Amanuban Selatan dan langsung membuat laporan polisi guna mendapat keadilan atas kejadia yang saya alami. Sore itu juga, polisi langsung panggil Pendeta Maksi ke Polsek tapi setibah di Polsek dia tidak menyangkal semua yang ditudukan kepadanya itu tidak benar sampai-sampai Pak Pendeta bersumpah dengan mengangkat dua jarinya bahwa dia tidak menganiaya saya” Kata Marselinus.
Lebih lanjut, Marselinus Banu mengatakan dirinya sangat menyesal,
“Saya menyesal karena dia seorang
pendeta, pelayan jemaat dan waktu di panggil polisi menyangkal lagi kalau tidak
menganiaya, jadi saya minta pihak kepolisian agar adil dan tetap
menindaklanjuti kejadian ini agar Proses terus berjalan hingga ada keadilan
yang kami rasakan. Saya Minta perlindungan hukum untuk menlindungi saya sebagai
kaum Difabel.” Pungkas Melianus.
Disisi lain Maria Beti sang istri yang setia mendampingi suami tercinta pada kesempatan tersebut meminta keadilan yang seadil-adilnya bagi suaminya,
“Mendengar informasi ini, jujur
saya sangat kecewa. Kasian, suami saya sudah dalam kondisi difabel di pukul
lagi. Suami saya salah apa. Kami memang orang susah tapi kami juga manusia yang
punya hak yang sama dengan semua manusia yang lain. Untuk itu, saya meminta
kepada pemerintah agar bisa melihat hal ini dan membantu kami untuk mendapat keadilan
terhadap kejadian yang terjadi kepada suami saya” Pungkas Maria.
Di tempat terpisah, Yerim Yos Fallo saat dimintai tanggapannya tentang kejadian ini mengatakan,
“Namanya Pendeta pasti harus
mendahulukan hal kasih, menghindari perseteruan dengan jemaat apalagi jemaatnya
kaum difabel. Pendeta harus memberikan Contoh dan teladan kepada Jemaat bukan
justru melakukan contoh tidak baik apalagi sendiri melakukan penganiayaan itu
tidak boleh” Kata Yerim
Lanjutnya, “Jika seseorang yang harusnya memberi kita contoh saja sudah berbuat demikian maka kepada siapa lagi kita harus mengambil atau mendapatkan contoh yang baik. Sehinga dari sisi organisasi, kita sangat menyayangkan sikap oknum Pendeta tersebut dan kita menolak keras perlakuan dugaan penganiayaan terhadap seorang Difabel apalagi terduga adalah seorang Pendeta” Tegas Yerim
Hingga berita ini dilansir, Pendeta Maksi Koebanu belum berhasil di hubungi.(BES)